REVIEW
(MENGEMBANGKAN BAHAN AJAR MATA KULIAH
PERMODALAN
KOPERASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA)
Oleh
(Ekawarna
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, PIPS/P.Ekonomi, Universitas Jambi, Jambi 36361,
Indonesia)
Hasil dan Pembahasan
Pengembangan
bahan ajar seperti telah dijelaskan di muka menerapkan 4 (empat) tahap
pengembangan yang biasa disebut 4-D atau Four-D Model (Thiagarajan, dkk, 1974),
yaitu tahap pendefinisian (define), perancangan (design),
pengembangan (develop), dan tahap pendesiminisasian (disseminate).
Dalam PPKP ini, tahap pendefinisian diawali dengan mengkaji tujuan
instruksional yang hendak dicapai yang telah ditetapkan dalam GBPP dan analisis
kebutuhan mahasiswa. Tahap ini dimulai pada tanggal 17 April 2006 dan berakhir
setelah tujuan
instruksional khusus dirumuskan sebagai petunjuk arah yang harus dicapai dalam
proses pembelajaran yaitu pada tanggal 29 April 2006.
Tahap
perancangan adalah tahap merancang prototipe atau model bahan ajar. Model bahan
ajar yang akan didesain terdiri dari 6 (enam) bab untuk 6 (enam) kali pertemuan
tatap muka, dimana penyusunannya mengacu pada model Atwi Suparman (dalam Panen
dan Purwanto, 2001:22-27) yaitu berisi: (1) tujuan mata kuliah, (2) nama bab
(pendahuluan, penyajian, penutup),(3) daftar pustaka, dan (4) senarai.
Pada
tahap pengembangan, rancangan bahan ajar, lembar kritik, kuis dan kuesioner
ditulis dan dibuat, sehingga menghasilkan apa yang disebut “desain” yaitu enam
desain bahan ajar, satu desain lembar kritik, tiga desain kuis dan satu desain
kuesioner. Desain tersebut selanjutnya direviu oleh Prof. Dr. H. M. Rachmad,
SE, ME Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Jambi yang memiliki spesialisasi
di bidang Ilmu Ekonomi Koperasi dari tanggal 3 Juli 2006 sampai 17 Juli 2006.
Tahap
pengembangan yang terakhir adalah tahap pendesiminasian. Pada tahap ini, naskah
seperangkat bahan ajar yang sudah dua kali direvisi diujicobakan kepada sasaran
mahasiswa yang sebenarnya yaitu mahasiswa semester V program studi Pendidikan
Ekonomi Jurusan PIPS FKIP yang berjumlah 13 orang.
Bahan
ajar yang dirancang dan dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip instruksional
yang baik ternyata dapat membantu mahasiswa dalam proses belajarnya, membantu
dosen untuk mengurangi waktu penyajian materi dan memperbanyak waktu pembimbingan
dosen terhadap mahasiswa, membantu perguruan tinggi dalam meyelesaikan
kurikulum dan mencapai tujuan instruksional dengan waktu yang tersedia. Dalam
PPKP ini bahan ajar didefinisikan sebagai bahan-bahan atau materi perkuliahan
yang disusun secara sistematis, yang digunakan dosen dan mahasiswa dalam proses
pembelajaran. Bahan ajar mempunyai struktur dan urutan yang sistematis, menjelaskan
tujuan instruksional yang akan dicapai, dapat memotivasi mahasiswa untuk
belajar, mengantisipasi kesulitan belajar mahasiswa dalam bentuk penyediaan
bimbingan bagi mahasiswa untuk mempelajari bahan tersebut, memberikan latihan
yang banyak bagi mahasiswa, menyediakan rangkuman dan secara umum berorientasi
pada mahasiswa secara individual (learned oriented). Biasanya bahan ajar
bersifat “mandiri” karena sistematis dan lengkap, sehingga mahasiswa dapat
dengan mudah membaca, menyimak dan mempelajari kembali hal-hal yang belum
dipahaminya
Sebagai
muara dari variabel yang ingin dijelaskan dalam penelitian ini adalah “Hasil
belajar” dan“Motivasi Belajar”, sedangkan variabel yang menjelaskannya adalah
“penggunaan bahan ajar yang telah dikembangkan”. Hasil belajar yang sering
disebut dengan istilah “scholastic achievement” atau “academic achievement”
adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar
di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes
hasil Belajar (Briggs, 1979). Menurut Gagne dan Driscoll (1988:36) hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar
dan dapat diamati melaluipenampilan siswa (learner’s performance). Gagne
danBriggs (1979) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan internal (capability)
yang meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang telah menjadi milik
pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu.
Kesimpulan dan Saran
Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bahan ajar dapat dikembangkan dengan baik jika
menerapkan 4 (empat) tahap pengembangan yang
biasa disebut 4-D atau Four-D Model (Thiagarajan,
dkk, 1974), yaitu tahap pendefinisian (define),
perancangan (design), pengembangan (develop),
dan tahap pendesiminisasian (disseminate),
kemudian dijudge oleh pakar-direvisi, dinilai oleh
calon pengguna-direvisi, dan diujicoba kepada
mahasiswa sebagai pengguna.
2.Bahan ajar yang dikembangkan
melalui langkahlangkah
di atas, berdasarkan hasil ujicoba dapat
meningkatkan motivasi belajar mahasiswa pada
taraf tinggi (Skala 3-4), dan dapat meningkatkan
hasil belajar mahasiswa hingga mencapai nilai
rerata 82/A.
Saran
Berdasarkan simpulan disarankan kepada dosen teman sejawat, agar
dapat mengembangkan bahan ajar untuk setiap mata kuliah binaannya dengan menerapkan
4 (empat) tahap pengembangan 4-D atau Four-D Model (Thiagarajan, dkk,
1974). Pengembangan dengan model tersebut tidak terlalu sulit, bisa dilakukan untuk
mata kuliah apa saja, dan tidak menuntut biaya
yang besar. Yang dituntut oleh model tersebut adalah ketekunan,
ketelitian dan konsistensi antara tahap yang satu dengan tahap yang lainnya.
Sistimatika bahan ajar disarankan tetap mengacu pada model Atwi Suparman (dalam
Panen dan Purwanto, 2001:22-27) yaitu berisi:
(1) Tujuan mata kuliah,
(2) Nama Bab (pendahuluan, penyajian,
penutup),
(3) Daftar Pustaka, dan
4) Senarai. Model ini adalah model yang direkomendasikan pada saat
dosen mengikuti pelatihan Applied Approach (AA) atau PEKERTI
(Pengembangan Keterampilan Instruksional).
Daftar Acuan
Briggs, L.J. 1979. Instructional Design Principles
and
Application. New Jersey: Englewood
Cliffs.
Bohlin, Roy M. 1987. “Motivation in Instructional
Design: Comparison of an American and a Soviet
Model”. Journal of Instructional Development,
Vol. 10
(2), halaman: 11-14.
Coffey, et al. 1975. Behavior in Organization. A
Multidimensional View (2nd Ed.). New Jersey:
Prentice-
Hall, Inc Englewood Cliffs.
Gagne, R.M. dan L.J. Briggs. 1979. Principles of
Instructional Design. New York: Rinehart and
Winston.
Gagne, R.M. dan M.P. Driscoll. 1988. Essentials of
Learning for
Instruction.
New York: Englewood Cliffs,
Prentice-Hall, Inc.
Haryadi. 2003. “Hubungan Intensitas Mendengarkan
Ceramah, Pemahaman Buku Teks dan Partisipasi
Berorganisasi dengan Retorika”. Jurnal Kependidikan
Nomor 2 Tahun XXXIII, November 2003, halaman:
161-184.
Jegede, J.O. 1994. “Influence of Motivation and Gender
on Secondary School Students: Academic Performance
in Nigeria”. Journal of Social Psychology, 134
(5),
halaman: 695-697.
Kibler, R.J, et al. 1981. Objectives for
Instruction and
Evaluation (2nd Ed.). Boston:
Allyn and Bacon, Inc.
McClelland, D.C. et al. 1953. The Achievement
Motive.
New York : Appleton Century Croft, Inc.
Nasution S. 2005. Teknologi Pendidikan.
Jakarta:
Penerbit Bumi Aksara.
Panen, Paulina dan Purwanto. 2001. Mengajar di
perguruan tinggi,
penulisan bahan ajar, bahan
pelatihan PEKERTI &
Applied Approach.
Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas.
Ratih, Koesoemo. 2005. “Motivasi dalam usaha
meningkatkan Ketrampilan Wicara Bahasa Inggris
mahasiswa Jurusan Non-Bahasa Inggris Universitas
Muhammadiyah Surakarta 2001/2002”. Jurnal
Penelitian Humaniora, Vol. 6 No. 1,
Februari 2005.
Sarojo, J. Rijadi. 2000. “Kontribusi Motivasi
Berprestasi Sebagai Prediktor Prestasi Belajar Kimia”.
Jurnal Penelitian
Kependidikan, Tahun
10 Nomor 1,
Juni 2000, halaman: 40-53.
Taruh, Enos. 2003. “Konsep diri dan Motivasi
Berprestasi dalam kaitannya dengan Hasil Belajar
Fisika”. Jurnal Penelitian dan Pendidikan,
Tahun IV
Edisi 8, Maret 2003, halaman: 15-29.
Wiyono, Bambang B. 2003. “Hubungan Lingkungan
Belajar, Kebiasaan Belajar, dan Motivasi Belajar
dengan Prestasi Belajar Siswa”. Forum Penelitian,
Jurnal Teori dan
Praktek Penelitian,
Tahun 15, Nomor
1, Juni 2003. halaman: 28-36.
Nama : Mita Kurniasih
NPM/kelas :
24211511/2EB10